Sebuah karya lahir karena diciptakan. Tidak ada karya tanpa pencipta, yang ada adalah pencipta yang tak sadar
bahwa ia telah berkarya. Seorang seniman
tidak akan bisa dilepaskan dari realita, apa pun yang terjadi dan
sekecil apapun realita itu adalah bagian yang memengaruhi
karya-karyanya. Walaupun ada yang mengatakan bahwa karya yang lahir
adalah buah dari imajinasi semata, perlu juga diingat
bahwa imajinasi adalah bukti konkret dari keberadaan realitas.
Salah satu interpretasi yang muncul dari
realitas adalah karya film, baik itu yang berbentuk dokumenter maupun
film cerita yang kini banyak digemari oleh masyarakat kita, baik bagi
orang desa maupun kota. Orang desa dapat menangkap gambaran realitas
yang ada dikota melalui film-film yang menampilkan kehidupan kota.
Sebaliknya orang kota dapat menyelami kehidupan desa melalui film-film
yang mengambil latar pedesaan. Melalui karya film, sebuah realita dapat
dikemas, disajikan dan lalu dinikmati oleh siapa pun.
Terlepas dari manipulasi
realita yang tidak bisa dimungkiri
sering dilakukan dalam sebuah karya film, adanya sebuah realita yang
ditampilkan adalah bukti konkret bahwa sang pembuat film tidak
melepaskan realita yang terjadi di sekitarnya.
Indie ataupun independen sering
diartikan sebagai kemandirian atau mandiri, dan jika kita berpacu pada
pengertian tersebut, maka independen memiliki ruang untuk adanya
kebebasan. Kebebasan dalam berkarya.
“Kebebasan” yang dimaksud dalam kata
indie itu mengartikan bahwa film ini memberikan kebebasan bagi para
pembuatnya dalam mengimplementasikan keinginan, skill ataupun konsepnya
sendiri. Tanpa ada embel-embel yang berupa titipan ataupun tuntutan
pihak lain, seperti titipan produser ataupun atasan, tuntutan pasar,
dsb., film yang lahir benar-benar menampilkan keorisinalan karya
pembuatnya.
Film indie adalah sebuah tawaran bagi
seniman film untuk menampilkan idenya sendiri dengan bebas dan ekspresif
tanpa adanya kontaminasi tuntutan ataupun titipan pihak lain. Seniman
yang dimaksud dapat berkarya dengan penuh emosi dan memaksimalkan buah
pemikirannya sendiri.
Ekplorasi Pemikiran
Eksplorasi pemikiran saya artikan
sebagai pendayagunaan kemampuan berpikir untuk melahirkan sebuah ide
ataupun buah pemikiran yang maksimal, tanpa adanya paksaan ataupun
tekanan baik secara psikologis maupun materiil.
Seperti yang sering disinggung oleh
banyak pakar khususnya dibidang kesehatan dan kedokteran bahwa daya
pikir manusia memiliki kekayaan yang begitu besar. Alangkah besarnya
karya pemikiran yang akan lahir jika manusia yang bersangkutan dapat
memaksimalkan daya pikirnya sendiri. Begitu pula dalam sebuah karya
film, lahirnya sebuah film besar dan sukses tentunya diawali dari proses
eksplorasi pemikiran dari si empunya ide film yang bersangkutan.
Film indie yang notabene menjadi tren
ataupun genre yang disukai khususnya kaum muda adalah salah satu ajang
yang tepat untuk melakukan proses eksplorasi pemikiran, karena dengan
posisi atau umur yang masih muda, terutama yang belum terkontaminasi
banyak permasalahan dalam hidup, pemikiran yang lahir akan sangat
memungkinkan untuk dieksplorasi secara maksimal.
Adanya kekebasan dalam mengeksplorasi
pemikiran dalam film indie kemudian memicu lahirnya warna baru dalam
kancah perfilman khususnya dinegara kita. Hal ini bisa kita lihat
khususnya dalam karya-karya film mahasiswa yang umumnya masih idealis
dan berorientasi pada kepuasan gagasan, tanpa terlalu jauh memikirkan
aspek keuntungan secara materil.
Dalam karya film mahasiswa seperti yang
saya dan rekan-rekan —Jurnalistik Unisba angkatan 2003—, dalam pembuatan
film yang kami beri judul “Mail-Box”, ide cerita dibuat sendiri,
soundtrack film yang diciptakan serta diaransemen sendiri, tokoh film
yang diperankan sendiri, teknis lapangan yang dikerjakan sendiri (tim
film) serta finansial pun banyak keluar dari uang sendiri. Walaupun
sebagian didukung dari dana fakultas, selebihnya kita menambalnya dari
sponsor yang kita cari sendiri.
Hal ini tentu dialami oleh rekan-rekan
mahasiswa lain dan para sineas indie pada umumnya. Aspek kepuasan dalam
berkarya adalah hal yang diutamakan maka dalam film indie kebebasan ide
mutlak menjadi salah satu tuntutan yang harus dipenuhi.
Film indie sebagai sarana ekplorasi
pemikiran adalah salah satu solusi untuk mewadahi kreatifitas, khususnya
sineas-sineas muda yang masih mencari jati diri, secara eksistensi
ataupun karier, dan dengan adanya sarana tersebut maka tidak ada alasan
lagi kalau karunia kemampuan berpikir yang dimiliki tidak di ekpslorasi
secara maksimal, apalagi kaum muda memang dituntut untuk lebih peka
terhadap realita yang berkembang di sekitarnya.
Tentunya kita akan lebih bangga jika karya yang kita buat adalah hasil kerja keras sendiri. Setuju?***